primaradio.id – Sebagai upaya menaikkan kelas UMKM di kota Surabaya agar dapat bersaing dan memiliki pasar yang luas , dalam artian yang usahanya berskala mikro naik menjadi usaha kecil. Usaha kecil naik ke skala mikro dan yang mikro naik ke skala besar, 19 orang mahasiswa yang tergabung pada Pejuang Muda Kota Surabaya menggelar Seminar Kewirausahan Sosial bagi UMKM Kota Surabaya, khususnya pelaku UMKM di Kecamatan Bubutan.
Dhea Fortuna , selaku Ketua Pejuang Muda yang ditugaskan di Kota Surabaya menjelaskan alasannya dan timnya mengangkat topik ini setelah melihat di lapangan selama mereka melakukan verifikasi – validasi (verval) data dan berinteraksi dengan masyarakat, menemui fakta bahwa keberadaan pelaku UMKM di Kota Surabaya sangat banyak dan mereka memiliki optimisme yang tinggi untuk bangkit sekalipun masih menemui tantangan pandemi Covid-19.
“ Seminar Kewirausahaan Sosial ini juga menindak lanjuti anjuran pak Eri Cahyadi selaku Walikota Surabaya bahwa dalam pemulihan ekonomi, setiap pelaku UMKM di Kota Surabaya harus memiliki legalisasi usaha diantaranya adalah NIB (Nomor Induk Berwirausaha)”, tutur gadis berkacamata yang berkuliah di S1 Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Dalam sambutannya, Camat Bubutan, Kartika Indrayana menyampaikan bahwa “ UMKM merupakan tulang punggung bangsa Indonesia dan hal itu terbukti pada saat krisis tahun 1998, penopang perekonomian di negara ini adalah UMKM, untuk itu UMKM harus memiliki kedisiplinan yang tinggi dan upaya yang besar dari pelaku UMKM agar dapat bersaing”.
Berbagai tips dibeberkan 3 orang narasumber di hadapan 52 orang pelaku UMKM di pendopo Gedung Nasional Indonesia, Jalan Bubutan. John Hardi, SE, MM selaku dosen di prodi S1 Manajemen Universitas Airlangga membeberkan kiatnya bahwa UMKM harus selalu mengupdate informasi dan meningkatkan literasi agar tidak tertinggal informasi tentang selera konsumen, dan dapat mengambil keputusan untuk usahanya secara mandiri.
Sementara itu 2 pembicara lain yaitu Difandi Wahyu sebagai pemilik usaha minuman alpukat kerok “Maspokat” juga menceritakan kiatnya menggunakan pemasaran online mulai dari aplikasi Whatsapp hingga sekarang berhasil menggandeng 2 aplikasi jasa layan antar makanan. Langkah tersebut mengantarnya hingga dapat mengembangkan outlet dari 1 hingga 4 dalam kurun waktu 2 tahun. Demikian pula Aulia Puspita, pemilik usaha fashion jilbab “Castuarine” yang juga membagikan kisah jatuh bangun memasarkan jilbab printingnya ditengah pandemi Covid -19.
Para peserta yang didominasi ibu – ibu nampak antusias dan tidak segan mengajukan pertanyaan. Acara semakin lengkap saat di sesi akhir, para peserta dapat melakukan pendaftaran NIB secara online dipandu oleh petugas dari Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Surabaya.
Ditempat yang sama, Dr. Tri Siwi Agustina, SE, M.Si, sebagai Mentor Eksternal dari Pejuang Muda Kota Surabaya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya pada para Pejuang Muda Kota Surabaya yang telah membuat aksi nyata bagi masyarakat di Kota Surabaya.
Seperti diketahui program Pejuang Muda ini diinisiasi oleh Kemensos RI – Kemendikbud RI dan Kemenag RI. Terdapat 4 alternatif program sosial yang dapat dipilih pada Program Pejuang Muda Republik Indonesia, yaitu : Pengembangan Program Bantuan Sosial, Pemberdayaan Fakir Miskin dan Lansia, Pola Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan. Langkah Pejuang Muda Kota Surabaya ini dinilai tepat karena diantara pelaku usaha kecil dan menengah yang hadir merupakan keluarga penerima manfaat program keluarga harapan , sehingga diharapkan kegiatan ini dapat memakmurkan usaha yang dijalankan dan mempercepat proses mereka keluar dari keterbatasan ekonomi dengan mewujudkan kemandirian ekonomi sehingga tidak selamanya tergantung pada bantuan pemerintah.
Pejuang Muda Kota Surabaya sendiri terdiri dari 19 orang mahasiswa dari berbagai lintas disiplin ilmu dan perguruan tinggi yakni Insititut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya. Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya Mereka menjalankan tugas sejak 13 Oktober hingga 20 Desember di Kota Surabaya. Dalam menjalankan tugasnya mereka berkolaborasi dengan Dinas Sosial Kota Surabaya dan para stakeholders untuk menyusun program – program yang relevan dengan permasalahan sosial di Kota Surabaya. Program ini dapat dikonversi ke dalam maksimal 20 SKS, karena mahasiswa juga mendapatkan materi perkuliahan dan mengerjakan tugas baik secara individu dan berkelompok selama mengikuti program Pejuang Muda yang dapat diakses melalui website SPADA Indonesia. (*)