
Surabaya – Sahabat Prima, Sosok Ayah, selama ini identik sebagai Kepala Keluarga yang bekerja keras demi membahagiakan keluarganya. Sehingga sosok Ayah, terkesan tegas, keras, dalam mendidik anak-anaknya. Terlepas anak itu tergolong anak tipikal ataupun ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).
Atas dasar sebagian alasan itulah, Elvi Yunianti M.Psi., Psikolog melakukan penelitian untuk meraih gelar Doktornya. Kebetulan selama ini Elvi memang sudah banyak menerima konsultasi dari orang tua yang diberi kepercayaan Tuhan untuk mengasuh anak istimewa, dalam hal ini anak ASD (Autisme Spectrum Disorder). Sehingga penelitiannya menyoroti “Peran Ayah dalam Membesarkan Anak dengan Spektrum Autisme.

Luar biasanya, Sahabat Prima ternyata penelitiannya ini mendapatkan nilai Summa cum laude. Artinya adalah “dengan pujian tertinggi” atau “with highest praise”. Rentang IPK untuk summa cumlaude biasanya dimulai dari 3,90, dan bisa mencapai 4,00. Akhirnya gelar Doktor menempel di namanya: DR. Elvi Yunianti M.Psi., Psikolog
yang sehari-hari berprofesi sebagai Dosen Psikologi di Universitas Surabaya.
Doktor Elvi yang juga mempunyai pengalaman bekerja sebagai Konselor sekolah, Praktek Psikologi Mandiri, memiliki concern: Kesejahteraan keluarga yang memiliki anak dengan spektrum autisme.

Kata DR. Elvi, “Sosok Ayah ini di mata masyarakat punya stigma yang kurang menyenangkan. Karena dianggap tidak maskulin kalau mengurusi anak. Sehingga banyak Ayah lebih banyak cenderung pasif. Mengasuh anak, mendidik anak identik dengan Ibu. Padahal itu kurang tepat. Karena itu saya mengambil penelitian saya soal sosok Peran Ayah, Kekuatan Keluarga dalam membesarkan anak dengan spektrum autisme.”
Sahabat Prima, Mengapa Ayah Penting dalam Pengasuhan Anak ASD?
1. Memberi rasa aman dan otoritas – Ayah menghadirkan ketegasan dan struktur yang
membantu anak ASD merasa terlindungi.
2. Menyeimbangkan peran dengan ibu – Kehadiran ayah melengkapi pola pengasuhan,
sehingga anak mendapat stimulasi yang lebih beragam.
3. Menjadi role model sosial – Anak belajar keterampilan sosial dan regulasi emosi melalui
figur ayah.
4. Mengurangi beban ibu – Keterlibatan aktif ayah membantu menjaga keharmonisan
keluarga.
5. Pendekatan problem solving yang berbeda – Perspektif praktis dan analitis ayah melengkapi kepekaan emosional ibu.

Kekuatan Khas Ayah dalam Pengasuhan Anak ASD itu:
Interaksi: Lebih eksploratif, penuh stimulasi fisik, cocok melatih motorik dan kemandirian anak ASD.
Pendekatan Emosi: Ketegasan, konsistensi, aturan sosial yang jelas.
Problem Solving: Analitis, praktis, fokus pada solusi konkret.
Peran dalam Keluarga: Pilar dukungan moral, finansial, dan figur keteladanan.
Di Surabaya ini, ada Komunitas A.S.A (Ayah Sahabat Autisme), yang sebagai inisiatornya adalah
Prof. Udijanto Tedjosasongko, drg, PhD, SpKGA, Subsp.PKOA(K) –
Guru Besar FKG UNAIR, yuk join Para Ayah yang dalam keluarganya diberi diberi kepercayaan oleh Tuhan, memiliki anak Autis. Karena Komunitas A.S.A, ini ada untuk menjadi Wadah yang inklusif, suportif, dan inspiratif bagi para Ayah dalam mendampingi anak ASD, sehingga tercipta keluarga yang kuat, harmonis, dan berdaya. (AP)